Rabu, 05 November 2008

Pentingnya Tes Kesehatan Sebelum Naik Pelaminan

Sangat dianjurkan bagi pasangan yang akan menikah untuk melakukan pemeriksaan pra nikah. Serangkaian pemeriksaan dilakukan untuk menghindari beberapa penyakit dan kelainan, termasuk yang disebabkan oleh penyakit/kelainan bawaan yang bisa diturunkan.

Salah satu tujuan mulia sebuah pernikahan adalah menghasilkan keturunan. Selain kesiapan batin, diperlukan juga kesiapan fisik yang prima untuk menyambut datangnya keturunan. Calon suami dan istri ada baiknya memeriksakan kesiapan organ reproduksinya, agar proses mendapat keturunan nantinya menjadi lebih lancar.
Menurut dr. Nugroho Setiawan MS, spesialis kebidanan dan kandungan RS Fatmawati Jakarta, pemeriksaan pra nikah meliputi beberapa hal, diantaranya pemeriksaan darah rutin (HB, trombosit, analisa hemoglobin, leukosit), golongan darah dan Rhesus, kencing rutin (urinalisa), hepatitis terutama hepatitis B & C, dan gula darah.

Mengapa pemeriksaan pra nikah menjadi penting? Dengan pemeriksaan pra nikah, ada beberapa hal yang bisa dihindari.


1. Rhesus yang bersilangan
Kebanyakan bangsa Asia memiliki Rhesus positif, sedangkan bangsa Eropa rata-rata negatif. Terkadang, pasangan suami-isteri tidak tahu Rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika Rhesusnya bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan.
Jika seorang perempuan (Reshus negatif) menikah dengan laki-laki (Rhesus positif), bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk ber-Rhesus negatif atau positif. Jika bayi mempunyai Rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika ia ber-Rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang ber-Rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu dapat memasuki sel darah merah janin. "Sebaliknya, tidak masalah jika si perempuan ber-Rhesus positif dan si pria negatif," papar Nugroho.

2. Penyakit Akibat Hubungan Seks
Pemeriksaan pra nikah juga bisa menghindari adanya penularan penyakit yang ditularkan lewat hubungan seksual, seperti sifilis, gonorrhea, HIV, dan penyakit hepatitis. Perempuan sebenarnya lebih rentan terkena penyakit kelamin daripada pria. Kenapa? "Karena alat kelamin perempuan berbentuk cekung yang seakan "menampung" virus. Sedangkan alat kelamin pria tidak bersifat "menampung" dan bisa langsung dibersihkan." Jika salah satu pasangan menderita penyakit kelamin, sebelum menikah harus diobati dulu sampai sembuh. Selain itu, jika misalnya seorang pria mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon istrinya harus dibuat memiliki kekebalan terhadap penyakit hepatitis B tersebut. Caranya, dengan imunisasi hepatitis B. Jika sang pasangan belum sembuh dari penyakit kelamin dan akan tetap menikah, meskipun tidak menjamin 100 persen namun penggunaan kondom sangat dianjurkan.

3. Penyakit keturunan
Pemeriksaan pra nikah bisa mendeteksi kemungkinan penyakit yang bisa diturunkan secara genetik kepada anak, semisal albino. "Misalnya suami membawa sifat albino tetapi istrinya tidak, maka anak yang lahir tidak jadi albino. Sebaliknya, jika istrinya juga membawa sifat albino, maka anaknya pasti albino." Jika bertemu dengan pasangan yang sama-sama membawa sifat ini, pernikahan tidak harus dihentikan. "Kita tahu nantinya akan terjadi kemungkinan tersebut dan bisa disepakati, ingin punya anak atau tidak. Kalau masih ingin punya anak, ya risikonya nanti si anak jadi albino. Atau memilih tidak punya anak. Pernikahan tidak harus tertunda dengan halangan seperti ini. Yang penting adalah solusi atau pencegahannya," tutur Nugroho.

USG BAGI CALON IBU
Lebih jauh, menurut dr. I Putu G. Kayika, SpOG (K), bagi pasangan yang ingin segera punya anak, perlu menjalani konseling pra nikah. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dengan tujuan agar kehamilan bisa dipersiapkan dan dijalankan dengan baik. Tak hanya mengenai riwayat kesehatan, dalam konseling ini kedua pasangan sebaiknya jujur menceritakan kondisi sosialnya. Antara lain status ekonomi (bekerja atau tidak bekerja) dan suasana di lingkungan keluarga. Termasuk perilaku-perilaku yang tidak mendukung kehamilan, semisal merokok, minuman beralkohol, dan memakai obat-obatan psikotoprika. Selain itu, perlu juga dievaluasi risiko yang bersifat individual yang mungkin timbul terhadap kehamilan. Antara lain usia (masih reproduktif atau tidak), kondisi nutrisi, aktivitas fisik, level pendidikan, level stres, dan bagaimana hubungan dengan pasangan. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui organ reproduksi juga diperlukan. Antara lain, pap smear (jika seorang perempuan aktif secara seksual), rahim, dan status kekebalan terhadap penyakit (rubella, toksoplasma). Ada juga pemeriksaan sel telur. Namun menurut dosen Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI ini, pemeriksaan ini belum diperlukan sebelum pasangan yang bersangkutan dianggap infertil (sulit punya anak). Pemeriksaan dengan USG (Ultra Sonografi) bisa melihat apakah seorang perempuan menderita kista, mioma, tumor, atau keputihan. Jika ada kelainan atau infeksi harus dibersihkan dulu karena bisa menganggu proses kehamilan.


TES SPERMA, PERLUKAH?

Untuk pria, ada satu lagi pemeriksaan kesehatan pra nikah yang bisa dilakukan, yaitu tes sperma atau sperma analisa (spermiogram). Menurut dr. Nugroho, tes sperma ini dikenakan bagi orang yang ingin punya anak. Pemeriksaan sperma sebaiknya dilakukan di klinik kesuburan agar hasilnya bisa dipercaya, minimal terstandarisasi. Karena jika tidak di klinik khusus kesuburan, hasil bisa sangat bervariatif dan bukan tidak mungkin malah bisa merugikan pasien. Namun, Nugroho menegaskan, pemeriksaan sperma ini bukan termasuk standar pemeriksaan rutin. Dokter spesialis kebidanan melayani tes sperma jika ada permintaan. "Kalau orang yang akan menikah harus periksa sperma dan ternyata spermanya sedikit tidak normal, apa yang terjadi? Akan menjadi beban psikis. Padahal, untuk bisa hamil tidak harus fix spermanya normal. Karena untuk bisa hamil kan berpasangan. Bisa saja, kualitas sprema sedikit tidak normal tetapi istri lebih subur, bisa hamil. Begitu juga sebaliknya," ungkap Nugroho. Untuk penanganan sperma yang tidak normal harus dengan pemeriksaan dokter agar diketahui penyebabnya, antara lain:

  • Kebiasaan yang salah, seperti berendam dalam air panas, memakai celana rangkap, dan ketat.
  • Pekerjaan, semisal koki atau teknisi yang sering bekerja di ruang yang panas.
  • Penyakit, yaitu penyakit kelamin, infeksi, penyakit kulit di kantung strotum sehingga kantung itu terlalu tebal.
  • Bawaan. Jadi, pertumbuhan genetalia seorang pria tidak sempurna. Pria yang benar, memiliki kantong buah pelir yang panjang dan ada beberapa pria yang memiliki kantong buah pelir terlalu pendek. Hal ini karena saat pertumbuhan hormonnya kurang sehingga kurang ‘turun'.
  • Kelainan lain seperti kromosom.
Bagaimana pengobatannya? Setelah dicari sebabnya baru diobati. Jika tidak segera diobati, kualitasnya akan makin turun. Namun, ada juga yang tidak bisa diobati, semisal untuk yang berkantong buah pelir pendek.

TIPS

Bagi pasangan yang ingin punya anak, dr. Kayika menyarankan beberapa hal sebagai berikut.
  • Kehamilan sebaiknya direncanakan dan dipersiapkan dengan baik. Persiapan tersebut meliputi mental, fisik, dan sosial.
  • Tiga bulan sebelumnya tubuh calon ibu harus "dibersihkan" dari polutan dan logam berat seperti rokok, alkohol, dan obat-obatan psikotropika. Konsumsi makanan yang bernutrisi dan banyak mengandung asam folat yang terdapat dalam buah-buahan dan sayuran, vitamin, dan susu.
  • Jika ditemukan kelainan harus diatasi dulu sebelum hamil, bukan setelah dinyatakan hamil.
  • Hindari obat-obatan pada masa sebelum hamil. Sebisa mungkin hidup sehat bebas obat. Untuk penderita penyakit tertentu seperti asma, sebaiknya konsultasikan obat yang dikonsumsi pada dokter, apakah mengganggu proses kehamilan atau tidak.

Penulis:Triwik Kurniasari
Waktu terbit:
Jum'at, 8 Februari 2008
Sumber:
http://www.tabloidnova.com/article.php?name=/pentingnya-tes-kesehatan-sebelum-naik-pelaminan&channel=keluarga%2Fpasangan
Waktu Waktu akses: Senin, 27 Oktober 2008

Tidak ada komentar: