Selasa, 11 November 2008

Sunat Bisa Cegah HIV

Sunat (khitan) atau menghilangkan kulit bagian ujung penis ternyata bisa mengurangi risiko terinfeksi virus HIV. Dan kini para peneliti sudah tahu mengapa hal itu terjadi.

Menurut Carlos R. Estrada dan rekan-rekannya dari Pusat Kesehatan St. Lukes Rush-Presbyterian di Chicago, Illinois, sekitar 80% infeksi HIV biasanya muncul selama melakukan hubungan seks. Dan tempat yang paling sering dilalui infeksi HIV ini pada pria biasanya melalui penis. Nah, kalau seorang pria disunat, maka bisa mengurangi risiko infeksi dua sampai delapan kali, katanya.

Dalam penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Asosiasi Urologi AS, para peneliti mengevaluasi 14 contoh jaringan kulit ujung penis dari anak-anak dan orang dewasa. Mereka juga memeriksa spesimen jaringan serviks wanita.

Untuk menentukan seberapa rentannya jaringan yang mungkin bisa terinfeksi HIV, mereka memperhitungkan tiga tipe sel sistem kekebalan yang dikenal bisa menyebabkan infeksi HIV dalam tiap spesimen. Ketiga sel itu adalah CD4+T, makrofages dan sel Langerhan.

Dibandingkan dengan jaringan serviks, jaringan kulit ujung penis ternyata mengandung jumlah tertinggi dari ketiga tipe sel yang menyebabkan infeksi itu. Dan ketiga sel penyebab infeksi ini justru paling banyak terdapat pada pria dewasa.

Selanjutnya, ketika peneliti mencoba menginfeksi sampel dengan HIV, mereka menemukan bahwa bagian permukaan dalam kulit ujung penis itu tujuh kali lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan pada jaringan serviks dan bagian luar dari ujung penis tersebut.

"Selama melakukan hubungan seks, lapisan dalam di daerah tersebut menjadi trauma dan terinfeksi. Sedangkan bagian luar dari kulit ujung penis tersebut tidak bisa terinfeksi," kata Estrada.

Estrada menambahkan, pasien dewasa yang pernah menderita infeksi — entah terinfeksi penyakit karena penularan seksual atau infeksi tipe lainnya — juga memiliki proporsi yang tinggi terhadap sel-sel penyebab infeksi ini, dan mungkin lebih meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.

Estrada dan rekan-rekannya juga mengukur jumlah reseptor HIV tertentu pada permukaan sel-sel. Hal ini mengikat vius dan membantunya untuk meningkatkan masuk ke dalam sel. Satu tipe yang paling menonjol disebut CCR5.

Para peneliti mengatakan bahwa agen yang mampu menghambat tempat pengikatan HIV yang bisa diterapkan ke penis atau vagina harus dikembangkan.

Mengingat sunat bisa melindungi diri terhadap pengaruh HIV, Estrada berharap bahwa negara-negara seperti di Afrika yang banyak terjangkiti HIV bisa menggalakkan sunat ini.

Penemuan ini diharapkan bisa membantu mengembangkan terapi baru yang bisa mencegah penyebaran virus penyebab AIDS.


Sumber : http://www.konseling.net/artikel_seks/sunat_hiv.htm
Waktu Akses : 11 November 2008

Beberapa Permasalahan Remaja

Bagi sebagian besar orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Kenangan terhadap saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan, sebaik atau seburuk apapun saat itu. Sementara banyak orangtua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak orangtua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orangtua para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jatidiri yang mandiri dari pengaruh orangtua. Keduanya memiliki kesamaan yang jelas: remaja adalah waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa.

Sebetulnya, apa yang terjadi sehingga remaja merupakan memiliki dunia tersendiri. Mengapa para remaja seringkali merasa tidak dimengerti dan tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya?. Mengapa remaja seolah-olah memiliki masalah unik dan tidak mudah dipahami?

Masa Remaja

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.


Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memhami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut.


Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.


Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.


Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.


Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.


Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.


Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam. (Baca juga artikel: Perkembangan Moral)


Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.


Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.


Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja. (Baca juga artikel: Remaja & Tokoh Idola)


Salah satu topik yang paling sering dipertanyakan oleh individu pada masa remaja adalah masalah "Siapakah Saya?" Pertanyaan itu sah dan normal adanya karena pada masa ini kesadaran diri (self-awareness) mereka sudah mulai berkembang dan mengalami banyak sekali perubahan. Remaja mulai merasakan bahwa “ia bisa berbeda” dengan orangtuanya dan memang ada remaja yang ingin mencoba berbeda. Inipun hal yang normal karena remaja dihadapkan pada banyak pilihan. Karenanya, tidaklah mengherankan bila remaja selalu berubah dan ingin selalu mencoba – baik dalam peran sosial maupun dalam perbuatan. Contoh: anak seorang insinyur bisa saja ingin menjadi seorang dokter karena tidak mau melanjutkan atau mengikuti jejak ayahnya. Ia akan mencari idola seorang dokter yang sukses dan berusaha menyerupainya dalam tingkahlaku. Bila ia merasakan peran itu tidak sesuai, remaja akan dengan cepat mengganti peran lain yang dirasakannya “akan lebih sesuai”. Begitu seterusnya sampai ia menemukan peran yang ia rasakan “sangat pas” dengan dirinya. Proses “mencoba peran” ini merupakan proses pembentukan jati-diri yang sehat dan juga sangat normal. Tujuannya sangat sederhana; ia ingin menemukan jati-diri atau identitasnya sendiri. Ia tidak mau hanya menurut begitu saja keingingan orangtuanya tanpa pemikiran yang lebih jauh.


Banyak orangtua khawatir jika “percobaan peran” ini menjadi berbahaya. Kekhawatiran itu memang memiliki dasar yang kuat. Dalam proses “percobaan peran” biasanya orangtua tidak dilibatkan, kebanyakan karena remaja takut jika orangtua mereka tidak menyetujui, tidak menyenangi, atau malah menjadi sangat kuatir. Sebaliknya, orangtua menjadi kehilangan pegangan karena mereka tiba-tiba tidak lagi memiliki kontrol terhadap anak remaja mereka. Pada saat inilah, kehilangan komunikasi antara remaja dan orangtuanya mulai terlihat. Orangtua dan remaja mulai berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda sehingga salah paham sangat mungkin terjadi.


Salah satu upaya lain para remaja untuk mengetahui diri mereka sendiri adalah melalui test-test psikologis, atau yang di kenal sebagai tes minat dan bakat. Test ini menyangkut tes kepribadian, tes intelegensi, dan tes minat. Psikolog umumnya dilatih untuk menggunakan alat tes itu. Alat tes yang saat ini umum diberikan oleh psikolog di Indonesia adalah WISC, TAT, MMPI, Stanford-Binet, MBTI, dan lain-lain. Alat-alat tes juga beredar luas dan dapat ditemukan di toko buku atau melalui internet; misalnya tes kepribadian.


Walau terlihat sederhana, dampak dari hasil test tersebut akan sangat luas. Alat test psikologi dapat diibaratkan sebuah pisau lipat yang terlihat sekilas tidak berbahaya; namun di tangan orang yang “bukan ahlinya” atau yang kurang bertanggung-jawab, alat ini akan menjadi sangat berbahaya. Alat test jika diinterpretasikan secara salah atau tidak secara menyeluruh oleh orang yang tidak berpengalaman atau tidak memiliki dasar ilmu yang cukup untuk mengartikan secara obyektif akan membuat kebingungan dan malah membawa efek negatif. Akibatnya, para remaja akan merasa lebih bingung dan lebih tidak merasa yakin akan hasil tes tersebut. Oleh karena itu sangatlah dianjurkan untuk mencari psikolog yang memang sudah terbiasa memberikan test psikologi dan memiliki Surat Rekomendasi Ijin Praktek (SRIP), sehingga dapat menjamin obyektivitas test tersebut.


Satu hal yang perlu diingat adalah hasil test psikologi untuk remaja sebaiknya tidak ditelah mentah-mentah atau dijadikan patokan yang baku mengingta bahwa masa remaja meruipakan masa yang snagat erat dengan perubahan. Alat test ini tidak semestinya dijadikan buku primbon atau acuan kaku dalam penentuan langkah untuk masa depan, misalnya dalam mencari sekolah atau mencari karir yang cocok. Seringkali, seiring dengan perkembangan remaja dan perubahan lingkungan sekitarnya, konklusi yang diterima dari hasil test bisa berubah dan menjadi tidak relevan lagi. Hal ini wajar mengingat bahwa minat seorang remaja sangat labil dan mudah berubah.


Sehubungan dengan explorasi diri melalui internet atau media massa yang lain, remaja hendaknya berhati-hati dalam menginterpretasikan hasil-hasil yang di dapat dari test-test psikologi online melalui internet. Harap diingat bahwa banyak diantara test tersebut masih sebatas ujicoba dan belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selain itu dibutuhkan kejujuran untuk mampu menerima diri apa adanya sehingga remaja tidak mengembangkan identitas "virtual" yang berbeda dengan diri yang asli. (baca juga artikel: Explorasi Diri Melalui Internet)



Penulis: Lilly H. Setiono
Waktu terbit: 13 Agustus 2002

Sumber: http://www.e-psikologi.com/remaja/130802.htm
Waktu akses: Selasa, 11 November 2008

Keajaiban Dalam Rahim Ibu


Awalnya Hanya Bersel Satu

Makhluk hidup bersel satu yang tak terhitung jumlahnya mendiami bumi kita. Semua makhluk bersel satu ini berkembang biak dengan membelah diri, dan membentuk salinan yang sama seperti diri mereka sendiri ketika pembelahan ini terjadi.

Embrio yang berkembang dalam rahim ibu juga memulai hidupnya sebagai makhluk bersel satu, dan sel ini memperbanyak diri dengan cara membelah diri, dengan kata lain membuat salinan dirinya sendiri. Dalam kondisi ini, tanpa adanya perencanaan khusus, sel-sel yang akan membentuk bayi yang belum lahir ini akan memiliki bentuk yang sama. Dan apabila ini terjadi, maka yang akhirnya muncul bukanlah wujud manusia, melainkan gumpalan daging tak berbentuk. Tapi ini tidaklah terjadi karena sel-sel tersebut membelah dan memperbanyak diri bukan tanpa pengawasan.

Sel yang Sama Membentuk Organ yang Berbeda

Sperma dan sel telur bertemu, dan kemudian bersatu membentuk sel tunggal yang disebut zigot. Satu sel tunggal ini merupakan cikal-bakal manusia. Sel tunggal ini kemudian membelah dan memperbanyak diri. Beberapa minggu setelah penyatuan sperma dan telur ini, sel-sel yang terbentuk mulai tumbuh berbeda satu sama lain dengan mengikuti perintah rahasia yang diberikan kepada mereka. Sungguh sebuah keajaiban besar: sel-sel tanpa kecerdasan ini mulai membentuk organ dalam, rangka, dan otak.

Sel-sel otak mulai terbentuk pada dua celah kecil di salah satu ujung embrio. Sel-sel otak akan berkembang biak dengan cepat di sini. Sebagai hasilnya, bayi akan memiliki sekitar sepuluh milyar sel otak. Ketika pembentukan sel-sel otak tengah berlangsung, seratus ribu sel baru ditambahkan pada kumpulan sel ini setiap menitnya.

Masing-masing sel baru yang terbentuk berperilaku seolah-olah tahu di mana ia harus menempatkan diri, dan dengan sel mana saja ia harus membuat sambungan. Setiap sel menemukan tempatnya masing-masing. Dari jumlah kemungkinan sambungan yang tak terbatas, ia mampu menyambungkan diri dengan sel yang tepat. Terdapat seratus trilyun sambungan dalam otak manusia. Agar sel-sel otak dapat membuat trilyunan sambungan ini dengan tepat, mereka harus menunjukkan kecerdasan yang jauh melebihi tingkat kecerdasan manusia. Padahal sel tidak memiliki kecerdasan sama sekali.

Bahkan tidak hanya sel otak, setiap sel yang membelah dan memperbanyak diri pada embrio pergi dari tempat pertama kali ia terbentuk, dan langsung menuju ke titik yang harus ia tempati. Setiap sel menemukan tempat yang telah ditetapkan untuknya, dan dengan sel manapun mereka harus membentuk sambungan, mereka akan mengerjakannya.

Lalu, siapakah yang menjadikan sel-sel yang tak memiliki akal pikiran tersebut mengikuti rencana cerdas ini? Profesor Cevat Babuna, mantan dekan Fakultas Kedokteran, Ginekologi dan Kebidanan, Universitas Istanbul, Turki, berkomentar:

Bagaimana semua sel yang sama persis ini bergerak menuju tempat yang sama sekali berbeda, seolah-olah mereka secara mendadak menerima perintah dari suatu tempat, dan berusaha agar benar-benar terbentuk organ-organ yang sungguh berbeda? Hal ini jelas menunjukkan bahwa sel yang identik ini, yang tidak mengetahui apa yang akan mereka kerjakan, yang memiliki genetika dan DNA yang sama, tiba-tiba menerima perintah dari suatu tempat, sebagian dari mereka membentuk otak, sebagian membentuk hati, dan sebagian yang lain membentuk organ yang lain lagi.

Proses pembentukan dalam rahim ibu berlangsung terus tanpa henti. Sejumlah sel yang mengalami perubahan, tiba-tiba saja mulai mengembang dan mengkerut. Setelah itu, ratusan ribu sel ini berdatangan dan kemudian saling bergabung membentuk jantung. Organ ini akan terus-menerus berdenyut seumur hidup.

Hal yang serupa terjadi pada pembentukan pembuluh darah. Sel-sel pembuluh darah bergabung satu sama lain dan membentuk sambungan di antara mereka. Bagaimana sel-sel ini mengetahui bahwa mereka harus membentuk pembuluh darah, dan bagaimana mereka melakukannya? Ini adalah satu di antara beragam pertanyaan yang belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan.

Sel-sel pembuluh ini akhirnya berhasil membuat sistem tabung yang sempurna, tanpa retakan atau lubang padanya. Permukaan bagian dalam pembuluh darah ini mulus bagaikan dibuat oleh tangan yang ahli. Sistem pembuluh darah yang sempurna tersebut akan mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh bayi. Jaringan pembuluh darah memiliki panjang lebih dari empat puluh ribu kilometer. Ini hampir menyamai panjang keliling bumi.

Perkembangan dalam perut ibu berlangsung tanpa henti. Pada minggu kelima tangan dan kaki embrio mulai terlihat. Benjolan ini sebentar lagi akan menjadi lengan. Beberapa sel kemudian mulai membentuk tangan. Tetapi sebentar lagi, sebagian dari sel-sel pembentuk tangan embrio tersebut akan melakukan sesuatu yang mengejutkan. Ribuan sel ini melakukan bunuh diri massal.

Mengapa sel-sel ini membunuh diri mereka sendiri? Kematian ini memiliki tujuan yang amat penting. Bangkai-bangkai sel yang mati di sepanjang garis tertentu ini diperlukan untuk pembentukan jari-jemari tangan. Sel-sel lain memakan sel-sel mati tersebut, akibatnya celah-celah kosong terbentuk di daerah ini. Celah-celah kosong tersebut adalah celah di antara jari-jari kita.

Akan tetapi, mengapa ribuan sel mengorbankan dirinya seperti ini? Bagaimana dapat terjadi, sebuah sel membunuh dirinya sendiri agar bayi dapat memiliki jari-jari pada saatnya nanti? Bagaimana sel tersebut tahu bahwa kematiannya adalah untuk tujuan tertentu? Semua ini sekali lagi menunjukkan bahwa semua sel penyusun manusia ini diberi petunjuk oleh Allah.

Pada tahap ini, sejumlah sel mulai membentuk kaki. Sel-sel tersebut tidak mengetahui bahwa embrio akan harus berjalan di dunia luar. Tapi mereka tetap saja membuat kaki dan telapaknya untuk embrio.

Ketika embrio berumur empat minggu, dua lubang terbentuk pada bagian wajahnya, masing-masing terletak pada tiap sisi kepala embrio. Mata akan terbentuk di kedua lubang ini pada minggu keenam. Sel-sel tersebut bekerja dalam sebuah perencanaan yang sulit dipercaya selama beberapa bulan, dan satu demi satu membentuk bagian-bagian berbeda yang menyusun mata. Sebagian sel membentuk kornea, sebagian pupil, dan sebagian yang lain membentuk lensa. Masing-masing sel berhenti ketika mencapai batas akhir dari daerah yang harus dibentuknya. Pada akhirnya, mata, yang mengandung empat puluh komponen yang berbeda, terbentuk dengan sempurna tanpa cacat. Dengan cara demikian, mata yang diakui sebagai kamera paling sempurna di dunia, muncul menjadi ada dari sebuah ketiadaan di dalam perut ibu. Perlu dipahami bahwa manusia yang bakal lahir ini akan membuka matanya ke dunia yang berwarna-warni, dan mata yang sesuai untuk tugas ini telah dibuat.

Suara di dunia luar yang akan didengar oleh bayi yang belum lahir juga telah diperhitungkan dalam pembentukan seorang manusia dalam rahim. Telinga yang akan mendengarkan segala suara tersebut juga dibentuk dalam perut ibu. Sel-sel tersebut membentuk alat penerima suara terbaik di dunia.

Semua uraian ini mengingatkan kita bahwa penglihatan dan pendengaran adalah nikmat besar yang Allah berikan kepada kita. Allah menerangkan hal ini dalam Alquran sebagaimana berikut:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl, 16:78)

Penciptaan Kedua

Berbagai peristiwa yang telah dikisahkan dalam tulisan ini dialami oleh semua orang di dunia. Setiap manusia dipancarkan ke rahim sebagai sebuah sel sperma yang kemudian bersatu dengan sel telur, dan kemudian memulai kehidupan sebagai sel tunggal. Semua ini terjadi karena adanya kondisi yang secara khusus diciptakan di tempat tersebut. Bahkan sebelum manusia mulai mengetahui keberadaan dirinya sendiri, Allah telah memberi bentuk pada tubuh mereka, dan menciptakan manusia normal dari sebuah sel tunggal.

Adalah kewajiban bagi setiap orang di dunia untuk merenungkan kenyataan ini. Dan kewajiban Anda adalah untuk memikirkan bagaimana anda lahir ke dunia ini, dan kemudian bersyukur kepada Allah.

Jangan lupa bahwa Tuhan kita, yang telah menciptakan tubuh kita sekali, akan mencipta kita lagi setelah kematian kita, dan akan mempertanyakan segala nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Hal ini amatlah mudah bagi-Nya.

Mereka yang melupakan penciptaan diri mereka sendiri dan mengingkari kehidupan akhirat, benar-benar telah tertipu. Allah berfirman tentang orang-orang ini dalam Alquran:

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pada kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (QS. Yaasiin, 36:77-79)

Penulis: Harun Yahya
Sumber:
http://www.harunyahya.com/indo/artikel/039.htm
Waktu akses: Selasa, 11 November 2008


Menghadapi Pubertas Dini

JAKARTA-- Apakah Anda pernah melihat anak kelas 5 sekolah dasar (SD) berusia 11 tahun, namun memiliki tubuh layaknya remaja usia 17 tahun? Anak tersebut sebenarnya mengalami pubertas dini (premature puberty).

Jika kebetulan Anda mempunyai anak pra-remaja yang mengalami hal tersebut, ada beberapa hal khusus yang harus Anda ketahui dan hadapi.

Selama proses pubertas, tubuh anak mengalami beberapa perubahan dan pertumbuhan pesat. Biasanya dimulai pada tahun-tahun awal pra remaja. Anak perempuan mengalami pertumbuhan payudara. Kemudian dilanjutkan dengan tumbuhnya rambut pada alat kelamin dan dibawah ketiak, yang berlaku pada anak perempuan dan laki-laki.

Proses kematangan biasanya tidak tampak hingga usia remaja. Namun, sebagian anak mengalami hal itu lebih cepat. Bisa saja anak usia 12 tahun memiliki tubuh layaknya remaja usia 18 tahun.

Terkadang kesulitan prilaku dan sosialisasi dapat timbul pada anak-anak yang mengalami kematangan lebih cepat.

Spesialis anak sekaligus penulis All Shapes and Sizes, Dr Miriam Kaufman mengatakan, ketika anak-anak tumbuh lebih awal maka mereka seringkali merasa berbeda dibandingkan teman sebayanya. Mereka merasa tidak ada orang yang senasib.

"Mereka seringkali merasa seperti itu karena tampak lebih tua dibandingkan usia sebenarnya serta teman seusia mereka," ujar Kaufman.

Jika anak Anda harus mengalami pubertas terlalu awal, maka penting untuk memperlakukan mereka sesuai dengan usia dibandingkan penampilan.

Dia menambahkan, memperlakukan anak yang tumbuh lebih cepat sebagaimana anak-anak pada umumnya dibandingkan sebagai remaja, dapa melindungi mereka dari gangguan prilaku atau masalah sosial.

Sebagian anak tersebut mungkin menginginkan pergi keluar hingga larut malam dengan teman-temannya. Mereka mungkin berpikir tidak seharusnya ada larangan bagi mereka, karena Anda seharusnya memperlakukan sebagaimana remaja usia 18 tahun. Namun, sebenarnya mereka belum memiliki kemampuan penilaian yang mencukupi.

Selain itu, orangtua juga sebaiknya mewaspadai pubertas yang terlalu awal, sebagai tanda adanya permasalah medis yang tidak terdeteksi.

Meskipun tidak ada patokan usia pubertas, namun jika Anda menemukan anak perempuan Anda mengalami gejala pubertas sebelum usia delapan tahun atau anak laki-laki pada usia 8 atau 9 tahun, maka sebaiknya Anda meminta pendapat dokter ahli.


Penulis: Republika Contributor
Waktu terbit: Selasa, 11 November 2008
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/13211.html
Waktu akses: 11 November 2008

5 Hal tentang Tamu Bulanan

Meski sudah mulai menstruasi sejak remaja, tapi tetap saja banyak hal yang belum kita mengerti seputar siklus si tamu bulanan ini.

1. Mengapa muncul gejala PMS?
PMS atau sindrom pramenstruasi (premenstrual syndrom), terjadi karena tubuh kita sensitif terhadap perubahan hormon. "Seminggu atau 10 hari kala haid akan datang, kadar hormon progesteron dan estrogen, berubah dengan cepat," kata Richard P.Frieder, MD, ginekolog di Santa Monica UCLA.

Perubahan hormon tadi menimbulkan berbagai gejala, misalnya perubahan mood, sakit kepala, perut yang terasa melilit, tubuh lemah, dan lesu, atau mendadak demam. Gejala-gejala PMS ini sangat individual sifatnya. Menurut data dari jurnal Archieves of Internal Medicine, 90 persen perempuan mengalami PMS sebelum menstruasi.

Menurut studi yang dilakukan terhadap 3000 wanita, asupan kalsium dosis tinggi dan vitamin D mampu mengurangi gejala-gejala PMS. Selain itu rasa nyeri akibat si tamu bulanan ini juga bisa dikurangi dengan cara mengonsumsi pil kontrasepsi.

2. Kok, Haid Saya Tak Teratur?
Datangnya haid tergantung pada ovulasi (lepasnya sel telur yang matang dan siap dibuahi). Namun karena ovulasi tak selalu teratur, akibatnya tanggal mens juga ikut mundur. Stes dan kelelahan, merupakan penyebab utama tak teraturnya siklus haid.

Sebelum menilai haid Anda tak normal, sebaiknya ketahui dulu siklus haid yang teratur, yakni 25-35 hari, dihitung dari hari pertama haid hingga haid berikutnya. Menurut Mary S.Dolan, spesialis kandungan, tanggal haid yang berbeda dari bulan sebelumnya tak usah terlalu dikhawatirkan. Soalnya, "kekacauan" siklus haid bisa terjadi karena Anda lupa mengingat tanggal terakhir, kenaikan atau penurunan berat badan, gangguan hormonal, atau pola makan yang salah. "Biasanya bulan berikutnya siklus menstruasi akan kembali teratur, namun bila tidak, konsultasikan dengan dokter," katanya.

3. Mungkinkah hamil saat menstruasi?
Mungkin saja, tapi jarang terjadi. Kuncinya adalah mengetahui dengan pasti apakah darah yang keluar adalah darah haid atau bukan. "Terkadang saat masa subur terjadi 'perdarahan' dan dikira sebagai haid. Bila saat itu terjadi pembuahan, mungkin saja bisa hamil," kata Dolan.

Kehamilan juga bisa terjadi bila pembuahan dilakukan di akhir siklus haid. "Secara teknis mungkin haid Anda sudah berakhir dan ovulasi terjadi dua atau tiga hari kemudian. Namun sperma bisa saja masih ada di sana dan membuahi sel telur yang matang," kata Dolan. Jadi tak heran bila Anda hamil.

4. Kalau Saya Haid, Sudah Pasti Tak Hamil?
Salah satu tanda kehamilan adalah tidak dapat haid (amenorea). Namun bila sudah hamil masih terjadi perdarahan atau muncul bercak merah sebaiknya Anda perlu waspada karena mungkin ada masalah dengan janin.

5. Berapala Lama Memakai Pembalut?
Untuk menghindari munculnya bakteri, gantilah pembalut setiap enam jam sekali atau bila dirasa sudah tidak nyaman atau basah. Usahakan daerah sekitar kewanitaan selalu kering saat haid. Keringat dan kelembaban yang tinggi bisa memicu timbulnya iritasi.


Penulis: AN
Waktu terbit: Senin, 20 Oktober 2008
Sumber: http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/20/13281827/5.hal.tentang.tamu.bulanan.
Waktu akses: 11 November 2008

5 Tahap Perubahan Jadi Anak Gede

Proses perkembangan cewek menjadi dewasa memang tidak ditentukan oleh usia. Tapi hampir pasti setiap cewek menjalani 5 tahapan berikut ini. Sudahkah kamu melewatinya?

  1. Pada tahap pertama, nyaris tidak terlihat perubahan pada fisik kita. Tetapi di dalam rongga perut, indung telur mulai membesar, dan hormon reproduksi mulai dibuat. Proses ini cenderung terjadi saat kita berusia 8 - 11 tahun.
  2. Tahapan kedua mulai berlangsung antara usia 11 - 12 tahun. Saat ini payudara membesar, dan tubuh kita bertambah tinggi. Di tulang pubis, bagian atas vagina, mulai terlihat bulu yang lurus dan halus.
  3. Pertumbuhan payudara dan rambut pubis berlanjut pada tahapan ini. Demikian juga pertumbuhan tubuhmu. Namun ada hal lain yang mungkin mencemaskan, pada saat ini mulai terlihat cairan putih yang keluar dari vagina. Gak perlu panik. Ini adalah proses alamiah, dan merupakan mekanisme pembersihan. Biasanya cewek mulai mengalami tahapan ini pada usia 12 - 13. Pada tahapan ini juga, beberapa cewek mulai mendapatkan menstruasi pertamanya.
  4. Pada usia 13 - 14 tahun, rambut pubis mulai tumbuh merata dan menutupi wilayah kulit di atas seluruh tulang pubic, serta membentuk segitiga menuju bibir vagina. Namun, belum tumbuh lebat secara sempurna. Jika sudah mendapatkan menstruasi pada tahapan sebelumnya, pada tahapan keempat ini, siklus menstruasi cenderung tidak teratur, karena pada tahapan ini pematangan sel telur juga belum terjadi secara reguler.
  5. Tahapan terakhir ini berlangsung sejak usia 14 -- 17 tahun. Saat ini, fisik kita sudah mendekati bentuk fisik perempuan dewasa. Tubuh cenderung berlekuk karena payudara dan panggul membentuk kurva yang mirip jam pasir. Demikian halnya rambut pubis pun sudah tumbuh layaknya perempuan dewasa, dan menstruasi mulai teratur datang sesuai siklusnya.


Penulis: Tim Laurier
Sumber: http://www.menstruasi.com/teenpages/sex/article.php?article_id=164&_page=1
Waktu akses: 11 November 2008

Pertumbuhan Fisik & Kesehatan Remaja

1.Definisi Remaja

Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan fisik karena pubertas serta perubahan kognitif dan sosial. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun.

2.Pandangan Teoritis tentang Remaja

Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama – yang dicetuskan oleh psikolog G. Stanley Hall – : adolescence is a time of “storm and stress “. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987). Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik. Keyakinan ini tercermin dari teori mereka tentang perkembangan manusia.

Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.

Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).

3.Pertumbuhan Fisik Remaja

Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan seksual.

Pada usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra USA sekitar 150, sementara remaja putri sekitar 154 cm. Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri hanya 163 cm. Kekepatan pertumbuhan tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun, sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya (Marshall, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).

Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup.
Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 % (Sinclair, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).

Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular. Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun.

Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.

4.Pubertas

Pubertas adalah periode pada masa remaja awal yang dicirikan dengan perkembangan kematangan fisik dan seksual sepenuhnya (Seifert & Hoffnung, 1987). Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer dan sekunder.

Ciri-ciri seks primer memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada vagina, uterus, tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada penis, scrotum, testes, prostate gland, dan seminal vesicles. Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama kali (biasanya melalui wet dream).

Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan hormonal. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan melalui aliran darah menuju berbagai organ tubuh.

Kelenjar seks wanita (ovaries) dan pria (testes) mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di dalam otak) merangsang testes dan ovaries untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas batang otak.

5.Dampak Pertumbuhan Fisik terhadap Kondisi Psikologis Remaja

Pertumbuhan fisik yang sangat pesat pada masa remaja awal ternyata berdampak pada kondisi psikologis remaja, baik putri maupun putra. Canggung, malu, kecewa, dll. adalah perasaan yang umumnya muncul pada saat itu.

Hampir semua remaja memperhatikan perubahan pada tubuh serta penampilannya. Perubahan fisik dan perhatian remaja berpengaruh pada citra jasmani (body image) dan kepercayaan dirinya (self-esteem).

Ada tiga jenis bangun tubuh yang menggambarkan tentang citra jasmani, yaitu endomorfik, mesomorfik dan ektomorfik. Endomorfik banyak lemak sedikit otot (padded). Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot (slender). Mesomorfik sedikit lemak banyak otot (muscular).

6.Masalah Kesehatan pada Remaja

Remaja merupakan usia paling sehat dibanding kanak-kanak dan dewasa karena sedikitnya penyakit yang dialami kelompok usia ini. Akan tetapi, remaja memiliki resiko kesehatan paling tinggi karena faktor kecelakaan, alkohol, narkoba, hamil diluar nikah, kebiasaan makan (diet) dan perilaku hidup sehat yang buruk


Penulis : Melly Latifah
Waktu Terbit : 26 Mei 2008
Sumber: http://tumbuh-kembang-anak.blogspot.com/2008/05/pertumbuhan-fisik-kesehatan-remaja.html
Waktu Akses : 11 November 2008

Miss V Bebas Cairan, Mungkin Gak ya?!

Secara fisik, vagina kita mengeluarkan cairan yang menyebabkan aromanya menjadi sangat khas. Gak perlu merasa aneh. Cairan tersebut justru harus diproduksi, karena memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan vagina itu sendiri. Cairan tersebut dikenal sebagai cairan vagina, dan sebenarnya adalah bagian dari sistem pembersihan diri yang otomatis terjadi.

Fakta ini sebenarnya berarti bahwa tanpa usaha lebih, vagina kita sudah terjaga kesehatannya. Tetapi dibutuhkan kebiasaan sehat agar sistem pembersihan otomatis ini dapat berfungsi kan... Perhatiin cara-caranya.

  • Bersihkan bagian luar vaginamu dengan air bersih setiap kali habis berkemih (buang urin). Hanya itu cara yang harus kamu lakukan untuk memastikan kebersihannya.
  • Arah gerakan membersihkan selalu dari depan ke belakang. Hal ini sangat penting untuk diingat, karena di bagian belakang vagina terdapat saluran pembuangan. Arah gerakan tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya perpindahan bakteri, virus atau jamur dari saluran pembuangan ke area vagina.
  • Setelah membersihkan dengan air, keringkan vagina hingga tidak lagi lembap. Lakukan hal ini juga setela kamu mandi, berenang, atau setelah berolahraga. Area vagina yang lembap memicu pertumbuhan bakteri, jamur atau virus di permukaan kulit yang dapat memicu infeksi kulit.
  • Hindari menggunakan pakaian yang ketat. Gunakan celana dalam dari bahan yang menyerap keringat. Pakaian ketat dan celana dalam dari bahan yang tidak menyerap keringat memicu kelembapan sehingga akan terjadi peningkatan bakteri, jamur dan virus pemicu infeksi kulit.


Penulis: Tim Laurier
Sumber: http://www.menstruasi.com/teenpages/sex/article.php?article_id=268
Waktu akses: 11 November 2008

Diet Selama Masa Pubertas Mempengaruhi Hormon Seks pada Wanita

Para gadis remaja yang melakukan diet harus berhati-hati, bahkan mungkin harus segera menyudahi program dietnya. Pasalnya, para peneliti kesehatan di Amerika baru-baru ini telah menemukan bahwa diet pada gadis ABG dapat mengurangi kadar hormon seks mereka. Nah, lho ?Bentuk tubuh yang langsing, tinggi semampai alias kutilang (kurus, tinggi, langsing), adalah dambaan kebanyakan kaum hawa. Walaupun di beberapa negara di Afrika ditemukan masyarakat yang kebanyakan kaum wanitanya menginginkan tubuh yang gemuk akibat pandangan pria di sana yang menginginkan pasangan yang gemuk, namun umumnya kaum wanita menginginkan tubuh yang kutilang tadi. Tidak hanya wanita muda, para wanita yang berumur pun banyak yang menginginkan tubuh langsing, konon katanya agar tetap bisa mempertahankan daya saing dengan yang muda di hadapan suami. Bukan itu saja, para remaja ABG pun naga-naganya mengikuti trend ini. Coba saja tengok di beberapa pusat pelangsingan tubuh, pusat-pusat kebugaran yang memberikan pelayanan tata cara diet, dan bermacam-macam obat pelangsing yang beredar di pasaran saat ini, tidak sedikit wanita yang melakukan tata cara tadi yang datang dari ABG.

Tapi para gadis remaja yang melakukan diet harus berhati-hati, bahkan mungkin harus segera menyudahi program dietnya. Pasalnya, para peneliti kesehatan di Amerika baru-baru ini telah menemukan bahwa diet pada gadis ABG dapat mengurangi kadar hormon seks mereka. Nah, lho?

Pengurangan berat badan agar yang tidak normal diasosiasikan dengan pengubahan dalam tingkat hormon sex tertentu, berdasarkan studi terhadap para remaja wanita, demikian menurut jurnal institut kanker nasional edisi 15. Di usia remaja, meningkatkan tingkat hormon seks diasosiasikan dengan peningkatan resiko kanker payudara.

Joanne F. Dorgan, Ph.D., seorang peneliti kanker di Philadelphia, dan rekannya memimpin sebuah studi yang menguji apakah diet mempengaruhi tingkat hormon seks selama usia remaja. Penelitian melibatkan 286 remaja wanita yang berusia antara 8 - 10 tahun yang dipilih secara acak dan dibagi ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama adalah para remaja yang melakukan diet, dan kelompok kedua adalah kumpulan remaja yang tidak melakukan diet. Para peneliti mengukur kadar hormon seks di tahap awal belajar dan 1, 3, 5, dan 7 tahun setelahnya.

Setelah 5 tahun penelitian, para gadis dalam kelompok pertama yang melakukan diet memiliki kadar 29,8% estradiol yang lebih rendah, 30,2% estradiol globulin-bound yang mengikat hormon non-sex yang lebih rendah, 20,7% estrone yang lebih rendah, dan 28,7% lebih rendah kadar sulfat estrone di setengah pertama siklus masa haid mereka dan 27,2% kadar testosteron yang lebih tinggi selama setengah kedua siklus haid mereka dibanding dengan wanita dalam kelompok yang menghindari diet. Setelah 7 tahun, wanita yang diet memiliki setengah kadar progesterone selama pertengahn kedua sikus haid mereka seperti halnya wanita yang menghindari diet.

Para gadis dalam kelompok yang melakukan diet dilaporkan mengkonsumsi makanan dan lemak jenuh dalam jumlah yang rendah dibanding gadis normal. Para gadis dalam kelompok diet juga dilaporkan mengkonsumsi serat untuk diet yang lebih banyak.

Walaupun penelitian menemukan bahwa diet rendah lemak dihasilkan pada reduksi dalam konsentrasi hormon estrogen, penulis mengemukakan bahwa ” Apakah perbedaan ini pada akhirnya mempengaruhi resiko kanker payudara ataukah tidak merupakan hal yang belum diketahui”. Studi paralel yang dilakukan terhadap remaja pria berikut hasilnya akan dilaporkan secara terpisah.


Penulis : CISRAL (Central of Information Scientific Resources and Library )
Waktu Terbit : 21 Januari 2003
Sumber:http://cisral.unpad.ac.id/index.php/2003/01/17/diet-selama-masa-pubertas-mempengaruhi-hormon-seks-pada-wanita/
Waktu Akses : 11 November 2008

Semakin Dini Usia Anak Capai Pubertas

Seorang anak akan menunjukkan tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai berubah, tumbuhnya rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk seorang gadis. Untuk seorang anak perempuan, tanda-tanda itu biasanya muncul pada usia 10 tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat, yaitu pada usia 11 tahun ke atas.
Tapi saat ini, kecenderungan anak untuk mencapai pubertas terjadi pada usia yang semakin dini, beberapa anak perempuan telah mengalami pubertas pada usia yang baru mencapai 7 tahun. Dan ini kadang dapat membuat mereka menjadi bingung dan kesulitan untuk menghadapi keadaan yang masih baru ini.

Mengapa seorang anak cenderung untuk mengalami pubertas dalam usia yang lebih dini? Para ahli di Swedia dari Institut Karonlinska mencoba untuk mencari jawaban dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Sebelumnya, ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab pertanyaan tersebut. Saat ini 12 team ahli Eropa sedang melakukan riset dan diharapkan tiga tahun lagi dapat diketahui akar permasalahannya dan mencari penyebab yang paling mungkin atas masalah ini.

Pubertas dalam usia yang dini, terjadi di beberapa negara. Di Amerika Serikat sendiri, banyak anak yang sudah mencapai pubertas pada saat usia baru mencapai 7 tahun. Salah satu kemungkinan faktor penyebabnya adalah kegemukan yang melanda anak-anak saat ini. Karena dari penelitian terhadap hewan terlihat, hewan yang diberi makanan berlebihan akan memproduksi hormon seksual yang lebih besar sehingga memicu terjadinya pubertas. Selain itu, bayi yang diberi makanan berlebihan dan tumbuh secara cepat akan mencapai pubertas lebih dini dibanding dengan bayi seusianya. Dan anak yang mengalami kekurangan gizi, bila dipindahkan ke keluarga lain untuk memperbaiki kekurangan gizinya, akan mengalami pubertas yang lebih awal dibanding dengan saudaranya yang tetap tinggal di rumah.

Kemungkinan penyebab lainnya adalah semakin banyak tontonan di televisi yang merubah keseimbangan hormonal dalam tubuh sehingga mendorong terjadinya pubertas yang lebih awal. Faktor lain seperti pestisida DDT juga berisiko mempercepat pubertas. Imigran dari India dan Kolombia, 80 kali berkemungkinan mengalami pubertas yang lebih dini kemungkinan karena tingginya kontak dengan DDT dan polusi. Di dalam darah mereka ditemukan kadar DDT yang tinggi. Walaupun ini belum dapat dipastikan sebagai penyebab pubertas dini.

Para ahli psikologi juga percaya bahwa anak gadis yang mempunyai hubungan yang erat dengan sang ayah akan mengalami pubertas yang lebih lambat dibanding dengan anak gadis yang mempunyai hubungan yang jauh dengan ayahnya.

Teori terbaru adalah teori faktor gen, yang dipercaya memegang peranan penting terjadinya pubertas. Karena suatu protein yang disebut dengan GPR 45, dipercaya sebagai protein yang mencetuskan pubertas.


Penulis : Victor Simbar

Waktu Terbit : 31 Oktober 2008
Sumber : http://victor-health.blogspot.com/2008/10/semakin-dini-usia-anak-capai-pubertas.html
Waktu Akses : 11 November 2008

Yang Tidak Boleh Selagi Menstruasi

Luruhnya sel telur yang tidak dibuahi hampir bisa dipastikan dialami oleh setiap perempuan. Hanya saja banyak mitos mengiringi perisitiwa yang disebut datang bulan, menstruasi, atau haid ini, sehingga muncul pertanyaan apa saja yang tidak boleh dilakukan perempuan selama mengalaminya? Berikut penjelasan yang diberikan dr. Mimi Suharti.


Berhubungan Seksual

Hubungan seksual yang dilakukan ketika perempuan sedang menstruasi secara tegas dilarang dalam ajaran agama tertentu. Namun terlepas dari itu, secara medis pun berhubungan intim di kala perempuan sedang haid tidak disarankan. Beberapa alasan medis yang menyertainya antara lain:

  • Tidak steril

Pada saat menstruasi jaringan luar rahim mengalami pelepasan. Peristiwa ini diikuti dengan membukanya pembuluh darah di daerah tersebut. Kondisi ini menyebabkan organ reproduksi perempuan menjadi tidak steril, sehingga tidak aman bila berhubungan seksual.

  • Menyebabkan infeksi

Bersama dengan perdarahan yang terjadi dimungkinkan munculnya kuman. Kuman-kuman ini bisa jadi akan menyebabkan infeksi kalau si perempuan melakukan hubungan seksual.

  • Bahaya sudden death

Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah sudden death atau kematian mendadak. Pada saat menstruasi banyak pembuluh darah yang membuka. Hubungan intim bisa berakibat terbawanya udara dari luar masuk melalui pembuluh darah yang terbuka sampai ke jantung. Ini berbahaya dan bisa menyebabkan kematian.

  • Perasaan tidak nyaman

Tak bisa dipungkiri hubungan seksual terkait erat dengan suasana hati. Saat menstruasi banyak perempuan yang merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini akan terbawa dan mengganggu suasana hatinya. Bila dipaksakan untuk berhubungan seksual, alih-alih merasakan kepuasan, yang didapat justru perasaan tidak nyaman itu tadi.

Olahraga berat

Banyaknya pembuluh darah arteri yang terbuka pada saat haid dapat menyebabkan perlukaan. Seorang perempuan yang sedang menstruasi dan melakukan olahraga dikhawatirkan akan mengalami pendarahan berat. Memang tidak semua olahraga akan menyebabkan hal tersebut, tapi sebaiknya sesuaikan olahraga yang dipilih dengan kondisi tubuh. Perempuan dengan kondisi tertentu bisa jadi akan mengalami perdarahan berat ketika memaksakan diri bersenam aerobik saat haid.

Secara umum pun, perempuan yang sedang menjalani siklus bulanannya akan merasa lebih lemas, dan beberapa bahkan menderita nyeri perut, mual, pinggang pegal-pegal, pening, bahkan ada yang sampai pingsan. Oleh karena itu, disarankan untuk mengurangi porsi olahraga yang cukup berat atau sebaiknya pilih saja olahraga ringan seperti jalan santai.

Terbelenggu Mitos

Larangan memotong rambut, menggunting kuku, dan keramas selama haid tidak memiliki penjelasan secara medis. Khususnya larangan keramas, menurut Mimi jelas tidak tepat. "Apalagi perempuan yang sedang menstruasi justru harus menjaga kebersihan anggota tubuhnya. Keramas saja sampai bersih, enggak masalah kok," saran Mimi. Intinya, bila ada mitos-mitos yang dirasa tidak masuk akal, sebaiknya jangan dituruti.

Berenang

Secara teori, pembuluh darah yang membuka dapat mengecil ketika kontak dengan air. Contoh yang gampang adalah seringkali anak yang jatuh dan terluka dikompres dengan batu es untuk menghentikan perdarahannya. Bedanya, walau darah yang dikeluarkan saat menstruasi hanya sekitar 30 cc, tapi kontak dengan air tidak akan menyebabkan darah tersebut terhenti.

Kontak dengan air yang dimaksud di sini di antaranya berenang, menyelam, berendam di bath tub, whirlpool, dan sejenisnya. Ini penting untuk diketahui, sebab banyak beredar anggapan yang salah, yaitu perempuan yang sedang menstruasi darahnya akan berhenti ketika berada dalam air. "Pendapat ini tidak sepenuhnya tepat," kata Mimi.

Selain itu tidak ada yang dapat memastikan apakah air yang digunakan untuk berendam itu steril. Bisa jadi air kolam renang atau air laut mengandung banyak kuman yang dapat menyebabkan infeksi. Apalagi bila si perempuan ini berendam dalam waktu lama, "Sebaiknya memang tidak dilakukan," sarannya.


Penulis: Marfuah Panji Astuti
Waktu terbit: Senin, 10 November 2008
Sumber: http://kompas.com/read/xml/2008/11/10/16392823/yang.tidak.boleh.selagi.menstruasi
Waktu akses: 11 November 2008

Masalah Pubertas dan Cara Mengatasinya

Remaja adalah periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Pada masa ini seringkali timbul kesulitan serta perselisihan, satu diantaranya yang paling sering terjadi adalah perselisihan antara Anak dengan Orangtua. Hal ini terjadi karena secara fisiologis si anak sedang mengalami sesuatu yang baru dan meresahkan dirinya. Adapun faktor yang menyebabkan keresahan tersebut antara lain adalah aktifitas hormonal pada usia puber juga faktor emosional, psikologis dan sosial.

PERIODE YANG TERJADI PADA MASA PUBERTAS :

Periode Depresi :
Periode ini biasanya akan berlangsung sekitar seminggu atau lebih, namun apabila depresi sudah terasa tidak wajar lagi (terjadi sampai berlarut-larut) mungkin ini disebabkan karena kecemasan atau kesulitan emosional. Biasanya anak yang mempunyai sifat tertutup (introvert) cenderung mengalami depresi yang lebih lama bila dibandingkan dengan anak yang mempunyai sifat terbuka (extrovert), karena anak introvert tidak bisa mengungkapkan apa sebenarnya yang menjadi akar dari kecemasan serta kesulitan emosionalnya itu kepada orang lain.

Periode Kecemasan :
Pada periode ini Remaja seringkali bersikap tidak biasa, seperti : cepat tersinggung, sangat agresif, suka menggerutu dan kasar atau kadang yang terjadi justru kebalikannya : bersikap kekanakan serta sangat tergantung kepada Orangtuanya.

Periode Kerewelan :
Umumnya periode ini ditemukan pada Remaja Putri, misalnya dalam hal memilih pakaian, ataupun memilih makanan. Pada periode ini kaum Remaja Putri ada yang melakukan “diet ketat” untuk menjaga keindahan tubuh dan penampilannya, tapi ada juga yang justru melakukan sebaliknya yaitu lebih rakus dan tidak perduli pada penampilan.

Periode Pembangkangan :
Seringkali Remaja seakan menjadi tidak patuh kepada apa yang menjadi aturan Orangtuanya. Sepanjang tidak melanggar norma Agama, Kesusilaan dan juga tidak membahayakan bagi keselamatan serta kesehatan dirinya, Orangtua sebaiknya bisa bertindak lebih bijak untuk memberi kesempatan kepada Remaja agar ia dapat mengambil keputusan sendiri serta bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan. Hal ini selain dapat menambah rasa percaya diri Remaja tersebut sekaligus juga bisa menghindari timbulnya pertengkaran (konflik) yang berkepanjangan antara Orangtua dengan Anak.

Periode Ingin Tampil Beda :
Kebanyakan para Remaja mengalami periode ini, antara lain bisa terlihat dari caranya berpakaian, bergaya, berbahasa dan masih banyak lagi.
Sepanjang yang dilakukannya tidak bertentangan dengan norma Agama, Kesusilaan serta tidak membahayakan bagi diri Remaja tersebut, sebaiknya Orangtua tidak perlu merasa cemas. Mereka melakukan hal ini hanya karena sedang dalam tahap mencari identitas diri, dan ingin diterima dengan baik sebagai anggota kelompoknya.
Seiring dengan bertambahnya usia, perlahan-lahan semua itu akan hilang dengan sendirinya

CARA MENANGGULANGI MASALAH REMAJA PUBERTAS :

Orangtua sebaiknya jangan membahas suatu masalah dengan cara sikap seolah sedang menginterogasi atau mendoktrin, karena hal ini akan membuat Remaja tersebut semakin takut untuk mengemukakan apa yang sedang dirasakannya dan itu akan mengakibatkan semakin jauhnya jarak antara Orangtua dengan Anak.

Sebaiknya ajaklah Remaja tersebut untuk berbicara dari hati ke hati dan dalam suasana yang santai, bahkan tak ada salahnya apabila dalam pembicaraan tersebut sesekali diselingi juga dengan gurauan ringan.

Ciptakanlah suasana demokratis dalam rumah tangga, dimana semua anggota keluarga bisa mengemukakan pendapatnya, tanpa harus merasa malu apalagi takut dengan anggota keluarga lainnya, terutama kepada Orangtua.

Biasakanlah dalam keluarga untuk saling menghargai serta menghormati pendapat orang lain, tanpa memandang apa jenis kelamin serta usianya.

Apabila ke empat hal diatas ternyata dirasakan belum juga membantu , akan lebih bijak apabila Remaja tersebut dibawa untuk berkonsultasi dan berobat kepada seorang Dokter, mungkin ada suatu gangguan pada tubuhnya ataupun kepada seorang Psikiater apabila dikhawatirkan ada sesuatu yang mengganggu dari sudut kejiwaannya (emosi).


Penulis : Leonita
Waktu Terbit : 3 Mei 2006
Sumber: http://www.kerenbeken.com/poharin/topicboardingpoharin.asp?hal=3&B_id=2102&B_Title=MASALAH+PUBERTAS+%26amp%3B+CARA+MENGATASINYA&Sub_id=13
Waktu Akses : 11 November 2008