Selasa, 11 November 2008

Diet Selama Masa Pubertas Mempengaruhi Hormon Seks pada Wanita

Para gadis remaja yang melakukan diet harus berhati-hati, bahkan mungkin harus segera menyudahi program dietnya. Pasalnya, para peneliti kesehatan di Amerika baru-baru ini telah menemukan bahwa diet pada gadis ABG dapat mengurangi kadar hormon seks mereka. Nah, lho ?Bentuk tubuh yang langsing, tinggi semampai alias kutilang (kurus, tinggi, langsing), adalah dambaan kebanyakan kaum hawa. Walaupun di beberapa negara di Afrika ditemukan masyarakat yang kebanyakan kaum wanitanya menginginkan tubuh yang gemuk akibat pandangan pria di sana yang menginginkan pasangan yang gemuk, namun umumnya kaum wanita menginginkan tubuh yang kutilang tadi. Tidak hanya wanita muda, para wanita yang berumur pun banyak yang menginginkan tubuh langsing, konon katanya agar tetap bisa mempertahankan daya saing dengan yang muda di hadapan suami. Bukan itu saja, para remaja ABG pun naga-naganya mengikuti trend ini. Coba saja tengok di beberapa pusat pelangsingan tubuh, pusat-pusat kebugaran yang memberikan pelayanan tata cara diet, dan bermacam-macam obat pelangsing yang beredar di pasaran saat ini, tidak sedikit wanita yang melakukan tata cara tadi yang datang dari ABG.

Tapi para gadis remaja yang melakukan diet harus berhati-hati, bahkan mungkin harus segera menyudahi program dietnya. Pasalnya, para peneliti kesehatan di Amerika baru-baru ini telah menemukan bahwa diet pada gadis ABG dapat mengurangi kadar hormon seks mereka. Nah, lho?

Pengurangan berat badan agar yang tidak normal diasosiasikan dengan pengubahan dalam tingkat hormon sex tertentu, berdasarkan studi terhadap para remaja wanita, demikian menurut jurnal institut kanker nasional edisi 15. Di usia remaja, meningkatkan tingkat hormon seks diasosiasikan dengan peningkatan resiko kanker payudara.

Joanne F. Dorgan, Ph.D., seorang peneliti kanker di Philadelphia, dan rekannya memimpin sebuah studi yang menguji apakah diet mempengaruhi tingkat hormon seks selama usia remaja. Penelitian melibatkan 286 remaja wanita yang berusia antara 8 - 10 tahun yang dipilih secara acak dan dibagi ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama adalah para remaja yang melakukan diet, dan kelompok kedua adalah kumpulan remaja yang tidak melakukan diet. Para peneliti mengukur kadar hormon seks di tahap awal belajar dan 1, 3, 5, dan 7 tahun setelahnya.

Setelah 5 tahun penelitian, para gadis dalam kelompok pertama yang melakukan diet memiliki kadar 29,8% estradiol yang lebih rendah, 30,2% estradiol globulin-bound yang mengikat hormon non-sex yang lebih rendah, 20,7% estrone yang lebih rendah, dan 28,7% lebih rendah kadar sulfat estrone di setengah pertama siklus masa haid mereka dan 27,2% kadar testosteron yang lebih tinggi selama setengah kedua siklus haid mereka dibanding dengan wanita dalam kelompok yang menghindari diet. Setelah 7 tahun, wanita yang diet memiliki setengah kadar progesterone selama pertengahn kedua sikus haid mereka seperti halnya wanita yang menghindari diet.

Para gadis dalam kelompok yang melakukan diet dilaporkan mengkonsumsi makanan dan lemak jenuh dalam jumlah yang rendah dibanding gadis normal. Para gadis dalam kelompok diet juga dilaporkan mengkonsumsi serat untuk diet yang lebih banyak.

Walaupun penelitian menemukan bahwa diet rendah lemak dihasilkan pada reduksi dalam konsentrasi hormon estrogen, penulis mengemukakan bahwa ” Apakah perbedaan ini pada akhirnya mempengaruhi resiko kanker payudara ataukah tidak merupakan hal yang belum diketahui”. Studi paralel yang dilakukan terhadap remaja pria berikut hasilnya akan dilaporkan secara terpisah.


Penulis : CISRAL (Central of Information Scientific Resources and Library )
Waktu Terbit : 21 Januari 2003
Sumber:http://cisral.unpad.ac.id/index.php/2003/01/17/diet-selama-masa-pubertas-mempengaruhi-hormon-seks-pada-wanita/
Waktu Akses : 11 November 2008

Tidak ada komentar: